Thursday 21 May 2015

Kisah Nyata Supir Angkot yang Ahli Sholat

”Mbak kuliah di mana?” tanya sopir angkot pada seorang mahasiswi yang duduk di sebelah saya, tepat di samping sopir tersebut.“UPN pak”, jawab sang mahasiswi singkat.
“Saya dulu juga ngambil Hukum di sebuah universitas swasta”, ujar sang sopir, ”sebelum krisis saya sempat jadi supervisor di pabrik minyak goreng, tapi sejak kena PHK akhirnya saya nyopir, alhamdulillah ini angkot milik saya sendiri”.
“Oooh”, respon mahasiswi tersebut sambil manggut-manggut.


Saya yang semula asyik membaca buku jadi tertarik mendengarkan penuturan sopir tersebut. Sopir yang terpelajar, pikir saya.
Kebetulan saya suka mengkorelasikanantara gaya menyopir dengan karakter sopir yang bersangkutan, kalau menyopirnya ugal-ugalan, suka ngebut, ngerem mendadak, dan kerap membunyikan klakson keras-keras sudah bisa ditebak kalau sopir tersebut tipikal emosional yang sangat berambisi kejar setoran, terkadang tanpa mempedulikan kenyamanan penumpang.

Nah, untuk sopir yang satu ini gaya menyopirnya hati-hati, kecepatannya ideal dan mengutamakan kenyamanan penumpang, tentu sudah bisa ditebak kalau sang sopir tipikal orang yang sopan dan bertanggungjawab.
”Mbaknya turun di mana?” tanya sopir tersebut kepada saya, barangkali sudah feeling kalau diam-diam saya ikut mendengarkan.
”Perumahan IKIP pak?”, jawab saya.
Sebetulnya bukan sekali ini saya bertemu sopir angkot yang bergelar S1, tapi naluri jurnalis saya rupanya tertarik untuk ’mewawancarai’ sopir ini lebih dalam. Maka terlibatlah saya dalam sebuah diskusi yang cukup seru dengan sopir tersebut.
Pak Heri, demikian nama sopir tersebut, ternyata bukanlah seorang sopir biasa. Lewat ceritanya saya tahu bahwa beliau hampir-hampir tak pernah absen untuk sholat tahajjud dan sholat dhuha.
Bahkan ketika sedang ngetem di terminal pun, jika adzan berkumandang tanda waktu sholat telah tiba, maka beliau tak segan-segan untuk mengutamakan sholat berjamaah tepat waktu dan meninggalkan sejenak pekerjaannya.
Meski tentu saja resikonya beliau akan kehilangan beberapa penumpang yang tak bisa menunggu hingga beliau menyelesaikan sholatnya.
Menanggapi hal tersebut beliau santai saja, ”Rezeki sudah ada yang ngatur mbak”, ujarnya ringan.

Ada lagi keistimewaan sopir terpelajar ini, cara beliau melayani penumpang bisa dikategorikan excellent service, sangat memuaskan. Baru kali ini saya bertemu sopir yang bersedia mengantarkan kembali seorang penumpangnya yang kebablasan.
”Kasihan mbak, waktu itu orangnya mau wawancara pekerjaan, sudah terlambat, dan nggak tahu lokasi kantornya”, jawabnya berempati.
Tak hanya itu, pada penumpang yang membayar ongkos di bawah tarif pun beliau tak pernah marah, mengumpat, bahkan tak meminta ongkosnya ditambahi.
”Seikhlasnya aja mbak”, jawabnya enteng saat saya tanyakan alasannya.
Pak Heri tak hanya bersikap baik pada para penumpang, terhadap sesama sopir pun akhlak beliau tak kalah baiknya. Saat berpapasan dengan sesama sopir beliau selalu mengucapkan salam. Jika ada sopir lain yang melaju di depannya beliau tidak akan menyalip untuk menyerobot penumpang jatah mereka.

Bahkan beberapa hari yang lalu, saat jalanan macet akibat aksi mogok kerja karyawan sebuah perusahaan, beliau rela menerima operan penumpang dari sopir lain, tanpa meminta imbalan sepeser pun. Justru beliaulah yang menyuruh sopir lain mengoperkan penumpangnya untuk beliau antarkan ke tujuan.
Sungguh, belum pernah saya bertemu dengan seorang sopir yang demikian ikhlas dan begitu menikmati pekerjaannya. Sekalipun ilmu itsar atau mendahulukan kepentingan orang lain telah saya ketahui sejak dulu, rasa-rasanya saya masih belum bisa seperti beliau yang begitu rela berkorban untuk kemaslahatan orang lain.
Tak ada ketakutan bahwa rezekinya akan berkurang lantaran mendahulukan kepentingan orang lain. Hingga saya menyaksikan sendiri betapa teman-teman seperjuangannya, para sopir angkot JTK2 menjadi begitu segan padanya.

Barangkali karena keikhlasan, pengorbanan, dan sikap tawakkal beliau itulah yang membuat Allah senantiasa memberinya kecukupan lewat rezeki yang berlimpah-limpah.
Berkat keuletan dan kerja kerasnya, alhamdulillah Pak Heri kini telah memiliki kost-kostan yang terdiri atas 11 kamar. Tak hanya itu, sopir yang unik ini rupanya juga telah sukses dengan usaha beternak ayam kampungnya.
Kali pertama saya menumpang angkot beliau, seingat saya usaha ternak ayam kampung tersebut baru saja dirintis, kini setelah enam bulan berselang jumlah ayam kampungnya telah mencapai puluhan ekor.

Menulis kisahnya, membuat saya teringat akan sebuah firman Allah, Dan Katakanlah : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghoib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At Taubah : 105).

Allah Maha Tahu, Allah tak pernah tidur, terhadap orang-orang shalih yang senantiasa menjaga keikhlasan, rela berkorban, dan tawakkal, maka Allah tak akan segan-segan melimpahinya dengan rezeki yang cukup bahkan berlimpah-limpah, dari arah yang tak disangka-sangka.
Subhanallah ...

Wallahu a'lam bish-shawab ...
Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Followers

Networked Blogs

Allah