Seorang ayah membeku hingga meninggal karena melindungi putrinya yang
berusia sembilan tahun dari badai salju parah yang melanda Jepang utara.
Mikio
Okada meninggal saat dia berusaha melindungi anak tunggalnya Natsune
dari tiupan angin berkekuatan 109 kilometer per jam, di suhu -6 derajat
Celsius. Okada merupakan salah satu dari sedikitnya sembilan
orang yang tewas dalam serangkaian insiden terkait salju saat badai
menyapu pulau Hokkaido, kata polisi pada Senin. Korban terakhir
yang dikonfirmasi kematiannya adalah Kuniko Jingi (76), yang ditemukan
berbaring di jalanan pada Minggu malam. Seperti kebanyakan korban lain,
dia tampaknya tewas setelah meninggalkan mobilnya yang terdampar, kata
seorang petugas kepolisian.
Jasad Okada ditemukan oleh tim
penyelamat yang mencari keduanya setelah sejumlah kerabat mengabarkan
pihak berwajib. Natsune mengenakan jaket ayahnya dan berada dalam
pelukannya, kata sejumlah surat kabar dan lembaga penyiaran.
Keduanya
terakhir terdengar kabarnya pada pukul 16.00 (waktu setempat) pada
Sabtu, setelah Okada, yang berprofesi sebagai nelayan, menjemput anaknya
dari sebuah sekolah tempat putrinya menunggu dia selesai bekerja.
Okada
menelpon keluarganya untuk mengatakan kalau truknya terdampar di tengah
salju, yang menumpuk beberapa meter di berbagai lokasi. Okada
mengatakan dia dan Natsune akan berjalan beberapa kilometer, seperti
yang dilaporkan Yomiuri Shimbun.
Keduanya ditemukan 300 meter dari truk mereka pada pukul 07.00 pada Minggu.
Okada
melindungi putrinya, memeluknya dan tampaknya menggunakan tubuhnya dan
tembok sebuah gudang untuk memberikan perlindungan, ujar Yomiuri.
Dia menanggalkan jaketnya dan memberikannya kepada putrinya, ujar sebuah laporan televisi.
Tim penyelamat mengatakan putrinya menangis saat ditemukan di pelukan ayahnya, ujar koran tersebut.
Gadis
kecil itu dilarikan ke rumah sakit dan dinyatakan tidak mengalami
cedera serius. Sementara itu, sang ayah dinyatakan secara resmi
meninggal oleh dokter di RS yang sama, di dekat rumah mereka di Yubetsu
di Hokkaido.
Menurut laporan Yomiuri, ibunda Natsume meninggal dua tahun lalu karena penyakit yang tidak diketahui. Koran
itu mengutip tetangga Okada yang memujinya sebagai ayah penyayang yang
sering menunda pergi kerja untuk menikmati sarapan bersama putrinya.
Kematiannya
terjadi saat seluruh Jepang merayakan Hari Anak Perempuan, atau
Hinamatsuri, festival saat keluarga berkumpul dan menghiasi rumah dengan
boneka. "Dia sudah memesan kue untuk putri tunggalnya dan tidak
sabar untuk merayakan Festival Boneka bersama," ujar seorang tetangga
kepada Yomiuri.
Subhanallah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)