Perang Tabuk semakin dekat. Terlihat guratan wajah keheranan merambah
wajah para sahabat. Terlebih wajah para sahabat terkemuka. Abu Bakar,
Umar bin Khattab, Utsman bi Affan dan ALi bin Abi Thalib menatap wajah
Rosulullah saw dengan tatapan penuh tanya.
Mereka sama sekali tidak menyangka akan ada kalimat tanya dari Rosulullah saw, “Apakah kalian benar-benar beriman?”.
Para sahabat tidak menjawab. Mereka tidak habis mengerti. Tiga belas
tahun mereka menyertai Rosulullah saw di Mekah. Hijrah ke Madinahpun
mereka lakukan. Ada yang harus meninggalkan istri dan anaknya. Ada pula
yang harus meninggalkan orang tuanya.
Yang pasti para sahabat meninggalkan harta benda dan tanah iirnya.
Mereka senantiasa berada di sisi Rosulullah saw diberbagai peperangan
sebelumnya. Karena itu, mereka tidak menjawab. Namun Rosulullah saw
malah mengulang pertanyaannya sebanyak tiga kali.
Akhirnya Umar bin Khattab menjawab, “Benar ya Rosulullah. Mereka benar-benar beriman dan aku seperti mereka.”
Mendengar jawaban Umar, Rosulullah saw pun tersenyum. Sesaat Rosulullah saw bertanya lagi, “Apakah kalian benar-benar sabar?”.
Para sahabat yang sempat lega melihat senyum Rosulullah saw kembali
terdiam. Diam dalam keheranannya. Sulit bagi mereka untuk memahami
kalimat tanya itu. Karena itu, mereka kembali tidak menjawab.
Namun Rosulullah saw kembali mengulang pertanyaannya hingga tiga
kali. Lagi-lagi Umar bin Khatab menjawab, “Benar ya Rosulullah. Mereka
adalah komunitas yang benar-benar sabar. Dan aku seperti mereka.”
Ada senyum lega tersungging di wajah Rosulullah saw ketika mendengar
jawaban Umar bin Khattab. Begitulah cara Rosulullah saw, mengajak para
sahabat untuk merenung sejenak. Merenung tentang hal yang paling
mendasar, yaitu tentang iman dan sabar. Menakar iman dan sabar yang
paling tepat adalah disaat kritis, disaat tidak normal. Disaat seperti
itu, terlihat jelas kondisi kita sesungguhnya. Terlebih lagi pada saat
menjelang perang.
Dipuncak kondisi kritis Rosulullah saw mengajak para sahabat untuk
merenung sejenak tentang iman dan sabar. Pada kondisi sulit memang akan
terukur kedalaman iman dan kekuatan sabar kita.Iman akan menjadi
penyebab seluruh aktivitas kita. Akibat amal yang paling kita damba
adalah cinta dan ridhaNYA.
Karenanya kita harus berupaya untuk senantiasa bersabar berada
dijalanNYA, yaitu jalan ibadah dan dakwah. Dengan beribadah, kita bisa
berbuat shalih untuk diri kita sendiri.Sedangkan melalui dakwah, kita
bisa amat bermanfaat untuk orang lain.
Karenanya merenunglah sejenak saja. Merenung tentang iman dan sabar.
Tentang cinta dan ridhaNYA. Setelah itu, merenunglah tentang orangtua,
istri, suami dan anak-anak kita. Bahkan merenunglah tentang surga dan
neraka. Atau merenunglah tentang apa saja dan siapa saja yang bisa
menggairahkan iman kita. Merenunglah sejenak lalu rasakan manisnya iman.
Thursday, 20 December 2012
0 Comments
Subscribe to:
Post Comments (Atom)