"Sesungguhnya rumah yang mula-mula
dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di
Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia." (Al-Quran Surat Ali Imran Ayat 96)
Kita mungkin pernah bertanya mengapa jika kita Shalat harus menghadap
ke arah Kiblat, mengapa ada Thawaf dalam ibadah Haji dan Umrah, dan
pertanyaan lainnya. Ini juga sering jadi perenungan saya seperti ini:
Ketika mempelajari Kaidah Tangan Kanan (Hukum Alam), bahwa putaran
energi jika bergerak berlawanan dengan arah jarum jam, maka arah energi
akan naik ke atas. Serupa dengan pola Thawaf dimana bergerak dengan
jalan berputar harus berlawanan jarum jam, dan kapan saja orang boleh
melakukannya tanpa terikat aturan waktu.
Kenapa Shalat harus menghadap Kiblat, termasuk dianjurkan berdoa dan pemakaman pun menghadap Kiblat?
Kenapa Shalat Berjamaah nilainya lebih tinggi 27 kali lipat?
Kenapa Shalat di Masjidil Haram menurut Hadist nilainya 100.000 kali dari di tempat sendiri?
Apakah benar singgasana Tuhan ada di Langit Tertinggi?
Penjelasan
1. Shalat dan Doa adalah pemujaan terhadap Tuhan Semesta Yang Maha
Tunggal, kita memerlukan hubungan intens dengan-Nya. Sehingga tercipta
hubungan antara Sang Pencipta dan yang diciptakan (makhluk) secara dua
arah. Pada saat Shalat dan Doa kita yakin mengeluarkan energi, pikiran
dan hati yang fokus/konsentrasi adalah generatornya. Hukum Kekekalan
Energi mengatakan bahwa energi tidak dapat dimusnahkan hanya dapat
berubah bentuk, lalu kemana energi Shalat dan Doa kita?
2.
Shalat diharuskan menghadap Kiblat, berarti arah Energi terfokus ke arah
Kiblat dan akan bertanya lagi setelah dari Ka'bah akan kemana larinya
energi Shalat?
3. Energi Shalat dan Doa dari individu atau
jamaah seluruh dunia terkumpul dan terakumulasi di Ka'bah setiap saat,
karena bumi berputar sehingga Shalat dari seluruh dunia tidak terhenti
dalam 24 jam, misal orang Bandung Shalat Dzuhur, beberapa menit kemudian
orang Jakarta Dzuhur, beberapa menit kemudian Serang Dzuhur, Lampung
dan seterusnya. Belum selesai Dzuhur di India Pakistan, di Makasar sudah
mulai Ashar dan seterusnya. Pada saat Dzuhur di Jakarta di London
Shalat Subuh dan seterusnya 24 jam setiap hari, minggu, bulan, tahun dan
seterusnya.
4. Energi yang terakumulasi, berlapis dan
bertumpuk akan diputar dengan generator orang-orang yang berthawaf yang
berputar secara berlawanan arah jarum jam yang dilakukan jamaah Makkah
sekitarnya dan Jamaah Umroh/Haji yang dalam 1 hari tidak ditentukan
waktunya.
5. Maka menurut implikasi hukum Kaidah Tangan Kanan
bahwa Energi yang terkumpul akan diputar dengan Thawaf dan hasilnya
kumpulan energi tadi arahnya akan ke atas menuju langit. Jadi Sedikit
terjawab bahwa energi itu tidak berhenti di Kab'ah namun semuanya naik
ke langit. Sebagai satu cerobong yang di mulai dari Ka'bah. Yang jelas
pasti Tuhan telah membuat saluran agar Shalat dan Doa dalam bentuk
energi tadi agar sampai ke Hadirat-Nya. Jadi selama 24 Jam sehari
terpancar cerobong energi yang terfokus naik ke atas langit. Selamanya
sampai tidak ada manusia yang Shalat dan Thawaf.
6. Untuk simplifikasi pemahaman kira-kira dapat di analogikan proses ini dengan internet, sebagai berikut:
Shalat individu dianalogikan dengan PC.
Shalat menghadap Kiblat adalah arah koneksi (menghadap Kiblat adalah fisik lahir terlepas dari isi/konten Doa).
Thawaf adalah Router Utama yang bertindak sebagai generator.
Energi ke atas adalah Hyper Main Bandwith menuju Maha Server di Singgasana (bukan harfiah) Tuhan.
Speed Koneksi individu pelaku Shalat ditentukan tingkat ke-Khusu'-an
dan ke-Ikhlas-an (Komputer = Kualitas Operating System, kualitas
Hardware, Kualitas Software, tingkat kontaminasi virus, Struktur Data,
Kelengkapan Pheriferal, dan kekokohan firewall dari
virus/trojan/malware/scam (Setan)).
Koneksi yang sempurna tentu akan
memudahkan penyembahan pada Tuhan (upload) dan memahami sepenuhnya
Kehendak Tuhan. Sehingga konon jika Shalat orang beriman akan membuat
batin lebih tenang dan jiwa lebih sehat (download upgrade, anti virus,
menambah ilmu, keberkahan, keselamatan, kasih sayang, kearifan, rejeki
lahir batin dan sebagainya).
Niat adalah start up total yang
terealisasi, mulai Sistem Operasi, Kesiapan Hardware dan Software, fokus
koneksi. Karena niat jika tidak direalisasikan dengan fokus hardware
(Wudhu, gerakan fisik menghadap Kiblat, gerakan Shalat, pengertian Doa
Shalat) dan software (hati/rasa dan pikiran secara virtual menghadap
Maha Raja Pencipta) dihawatirkan koneksi tidak terjadi, dan energinya
akan terbuang tidak terfokus. Jika hukum kekekalan energi berlaku, maka
energi Shalat akan tidak sampai dan disinyalir akan dimanfaatkan oleh
setan untuk memperkuat diri.
7. Kalau Shalat berjamaah akan
mendapat point 27 kali, kira-kira itu diibaratkan penyatuan energi dari
para jamaah sehingga speed untuk naik ke Langit 27 kali lebih cepat.
Kira-kira analoginya jika Shalat sendiri 60 kbps (khusyu), maka dengan
Shalat berjamaah menjadi 1,62 Mbps.
8. Orang yang Shalat di
Masjidil Haram mendapat point 100.000 kali, mudah dimengerti karena
Shalatnya pada kumparan energi dasyat dari jamaah Shalat di seluruh
dunia yang berkumulasi dan bertumpuk. Sehingga speednya lebih tersundul
dan dekat dengan access point Router Utama (Ka'bah). Artinya speed
koneksinya berbanding 100.000 kali kecepatan di tempat sendiri.
9. Kenapa ada pula anjuran Shalat rawatib dan Shalat-Shalat Sunnah
Dhuha, Tahajud, Tarawih, dan Doa menghadap Kiblat, kira-kira dapat
dianalogikan makin sering koneksi dengan Tuhan akan semakin baik dan
speed koneksinya makin massive sehingga dirinya membentuk internal modem
(sehingga tidak terikat arah koneksi = berdoa dimana saja kapan saja =
diluar Shalat) . Dan sebaliknya apabila Shalatnya malas-malasan dan
terpaksa, kemungkinan DC (disconected) akan sering atau lambat
koneksinya.
10. Bumi pun berthawaf, analogi Thawaf di Ka'bah,
karena berputar berlawanan dengan arah jarum jam. Dan akan kiamat
apabila berputar dengan sebaliknya (matahari terbit dari Barat).
Kesimpulan
Shalat dan Doa, diyakini akan sampai ke langit menuju Singgasana Tuhan
selama memenuhi kira-kira persyaratan uraian di atas dengan sintesa
(gabungan/Ekstrasi) renungan hukum agama dan hukum alam. Jadi hendaknya
ilmuwan dan agamawan bersinergi saling mendukung untuk mencapai
kemaslahatan yang lebih luas dan pemahaman agama yang dapat diterima
lahir batin.
Memantapkan kita dalam beribadah Shalat khususnya dan
menggiatkan diri untuk selalu on-line 24 jam dengan Tuhan, sehingga jiwa
akan selalu terjaga dan membuahkan segala jenis kebaikan yang dilakukan
dengan senang hati (iklas).
Menjawab pertanyaan bahwa Shalat itu
tidak menyembah batu (Ka'bah) seperti yang dituduhkan kaum orientalis,
tapi menggunakan perangkat alam untuk menyatukan energi Shalat dan Doa
untuk mencapai Tuhan dengan upaya natural manusia.
Demikian renungan
saya. Semoga saja mampu memotivasi anda sekalian dan para pakar untuk
memicu pemikiran, penelitian lebih dalam untuk lebih mempertebal
keimanan dan menjadi saksi bahwa Tuhan menciptakan semesta dengan penuh
kesempurnaan tidak dengan main-main (asal jadi) sehingga kita semakin
yakin dan cinta pada Tuhan Yang Maha Esa. Mungkin renungan ini
berlebihan dan berfantasi, tapi sedikitnya ini pendekatan yang mampu
menjawab pertanyaan sebagaimana di atas dan tidak bertentangan dengan
Kitab Suci dan Hadist bahkan mendukungnya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)