Saudaraku, tahukah kamu siapa pengunjung terakhirmu? Tahukah kamu apa
tujuan ia berkunjung dan menemuimu? Apa saja yang dimintanya darimu?
Sungguh! Ia tak datang karena haus akan hartamu, karena ingin ikut
nimbrung makan, minum bersamamu, meminta bantuanmu untuk membayar
hutangnya, memintamu memberikan rekomendasi kepada seseorang atau untuk
memuluskan upaya yang tidak mampu ia lakukan sendiri.!!
Pengunjung ini datang untuk misi penting dan terbatas serta dalam
masalah terbatas. Kamu dan keluargamu bahkan seluruh penduduk bumi ini
tidak akan mampu menolaknya dalam merealisasikan misinya tersebut!
Kalau pun kamu tinggal di istana-istana yang menjulang, berlindung di
benteng-benteng yang kokoh dan di menara-menara yang kuat, mendapatkan
penjagaan dan pengamanan yang super ketat, kamu tidak dapat mencegahnya
masuk untuk menemuimu dan menuntaskan urusannya denganmu!!
Untuk menemuimu, ia tidak butuh pintu masuk, izin, dan membuat
perjanjian terlebih dahulu sebelum datang. Ia datang kapan saja waktunya
dan dalam kondisi bagaimanapun; dalam kondisimu sedang sibuk ataupun
sedang luang, sedang sehat ataupun sedang sakit, semasa kamu masih kaya
ataupun sedang dalam kondisi melarat, ketika kamu sedang bepergian atau
pun tinggal di tempatmu.!!
Saudaraku! Pengunjungmu ini tidak memiliki hati yang gampang luluh.
Ia tidak bisa terpengaruh oleh ucapan-ucapan dan tangismu bahkan oleh
jeritanmu dan perantara yang menolongmu. Ia tidak akan memberimu
kesempatan untuk mengevaluasi perhitungan-perhitunganmu dan meninjau
kembali perkaramu!
Kalau pun kamu berusaha memberinya hadiah atau menyogoknya, ia tidak
akan menerimanya sebab seluruh hartamu itu tidak berarti apa-apa baginya
dan tidak membuatnya mundur dari tujuannya!
Sungguh! Ia hanya menginginkan dirimu saja, bukan orang lain! Ia
menginginkanmu seutuhnya bukan separoh badanmu! Ia ingin membinasakanmu!
Ia ingin kematian dan mencabut nyawamu! Menghancurkan raga dan
mematikan tubuhmu! Dia lah malaikat maut!!!
Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya :
“Katakanlah, ‘Malaikat Maut yang diserahi untuk (mencabut
nyawa)mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan
dikembalikan.” (QS. As-Sajadah: 11)
Dan firman-Nya, artinya:
“Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara
kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat
Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.” (QS. Al-An’am: 61)
Kereta Usia
Tahukah kamu bahwa kunjungan Malaikat Maut merupakan sesuatu yang
pasti? Tahukah kamu bahwa kita semua akan menjadi musafir ke tempat ini?
Sang musafir hampir mencapai tujuannya dan mengekang kendaraannya untuk
berhenti?
Tahukah kamu bahwa perputaran kehidupan hampir akan terhenti dan
‘kereta usia’ sudah mendekati rute terakhirnya? Sebagian orang shalih
mendengar tangisan seseorang atas kematian temannya, lalu ia berkata
dalam hatinya, “Aneh, kenapa ada kaum yang akan menjadi musafir
menangisi musafir lain yang sudah sampai ke tempat tinggalnya?”
Berhati-hatilah!
Semoga anda tidak termasuk orang yang Allah subhanahu wata’ala sebutkan, artinya:
“Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila Malaikat (Maut) mencabut nyawa mereka seraya memukul muka mereka dan punggung mereka?” (QS. Muhammad: 27)
Atau firman-Nya, artinya:
“(Yaitu) orang-orang yang dimatikan oleh para malaikat dalam
keadaan berbuat zhalim kepada diri mereka sendiri, lalu mereka menyerah
diri (sambil berkata), ‘Kami sekali-kali tidak ada mengerjakan sesuatu
kejahatan pun.” (Malaikat menjawab), “Ada, sesungguh-nya Allah Maha
Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan. “Maka masuklah ke pintu-pintu
neraka Jahannam, kamu kekal di dalamnya. Maka amat buruklah tempat
orang-orang yang menyombong-kan diri itu.” (QS. An-Nahl: 28-29)
Tahukah kamu bahwa kunjungan Malaikat Maut kepadamu akan mengakhiri
hidupmu? Menyudahi aktivitasmu? Dan menutup lembaran-lembaran amalmu?
Tahukah kamu, setelah kunjungan-nya itu kamu tidak akan dapat lagi
melakukan satu kebaikan pun? Tidak dapat melakukan shalat dua raka’at?
Tidak dapat membaca satu ayat pun dari kitab-Nya? Tidak dapat bertasbih,
bertahmid, bertahlil, bertakbir, beristighfar walau pun sekali? Tidak
dapat berpuasa sehari? Bersedekah dengan sesuatu meskipun sedikit? Tidak
dapat melakukan haji dan umrah? Tidak dapat berbuat baik kepada kerabat
atau pun tetangga?
‘Kontrak’ amalmu sudah berakhir dan engkau hanya menunggu perhitungan dan pembalasan atas kebaikan atau keburukanmu!!
Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya:
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila
datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku,
kembalikan lah aku (ke dunia).” Agar aku berbuat amal yang saleh
terhadap yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak. Sesungguh-nya
itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada
dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (QS. Al-Mu’minun: 99-100)
Persiapkan Dirimu!
Mana persiapanmu untuk menemui Malaikat Maut? Mana persiapanmu
menyongsong huru-hara setelahnya; di alam kubur ketika menghadapi
pertanyaan, ketika di Padang Mahsyar, ketika hari Hisab, ketika
ditimbang, ketika diperlihatkan lembaran amal kebaikan, ketika melintasi
Shirath dan berdiri di hadapan Allah Al-Jabbar?
Dari ‘Adi bin Hatim radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alihi wasallam bersabda,
“Tidak seorang pun dari kamu melainkan akan diajak bicara oleh
Allah pada hari Kiamat, tidak ada penerjemah antara dirinya dan Dia,
lalu ia memandang yang lebih beruntung darinya, maka ia tidak melihat
kecuali apa yang telah diberikannya dan memandang yang lebih sial
darinya, maka ia tidak melihat selain apa yang telah diberikannya. Lalu
memandang di hadapannya, maka ia tidak melihat selain neraka yang berada
di hadapan mukanya. Karena itu, takutlah api neraka walau pun dengan
sebelah biji kurma dan walau pun dengan ucapan yang baik.” (Muttafaqun ‘alaih)
Berhitunglah Atas Dirimu!
Saudaraku, berhitunglah atas dirimu di saat senggangmu, berpikirlah
betapa cepat akan berakhirnya masa hidupmu, bekerjalah dengan
sungguh-sungguh di masa luangmu untuk masa sulit dan kebutuhanmu,
renungkanlah sebelum melakukan suatu pekerjaan yang kelak akan
didiktekan di lembaran amalmu.
Di mana harta benda yang telah kau kumpulkan? Apakah ia dapat
menyelamatkanmu dari cobaan dan huru-hara itu? Sungguh, tidak! Kamu akan
meninggalkannya untuk orang yang tidak pernah menyanjungmu dan maju
dengan membawa dosa kepada Yang tidak akan memberikan toleransi padamu!
(Abu Shofiyyah)
Thursday, 4 October 2012
0 Comments
Subscribe to:
Post Comments (Atom)