Tuesday, 30 October 2012

Unta Yang Mematahkan Rencana Abu Jahal

Setelah berbagai usaha oleh kaum Quraisy untuk menghapuskan penyebaran agama Islam menemui kegagalan, maka Abu Jahal semakin benci terhadap Rasulullah saw. Kebencian Abu Jahal ini tidak ada tolok bandingnya, malah melebihi kebencian Abu Lahab terhadap Rasulullah S.A.W.
Melihatkan agama Islam semakin tersebar, Abu Jahal pun berkata kepada kaum Quraisy di dalam suatu perhimpunan, “Hai kaumku! Janganlah sekali-kali membiarkan Muhammad menyebarkan ajaran barunya dengan sesuka hatinya.

Ini adalah karena dia telah menghina agama nenek moyang kita, dia mencela tuhan yang kita sembah. Demi Tuhan, aku berjanji kepada kamu sekalian, bahwa esok aku akan membawa batu ke Masjidil Haram untuk dibalingkan ke kepala Muhammad ketika dia sujud. Setelah itu, terserahlah kepada kalian mau menyerahkan aku kepada keluarganya atau kamu membela aku dari ancaman kaum kerabatnya. Biarlah orang-orang Bani Hasyim bertindak apa yang mereka sukai.”
Tatkala mendengar jaminan daripada Abu Jahal, maka orang ramai yang menghadiri perhimpunan itu berkata secara serentak kepadanya, “Demi Tuhan, kami tidak akan sekali-kali menyerahkan engkau kepada keluarga Muhammad. Teruskan niatmu.”

Orang ramai yang menghadiri perhimpunan itu merasa bangga mendengar kata-kata yang diucapkan oleh Abu Jahal bahwa dia akan menghapuskan Muhammad karena jika Abu Jahal berjaya menghapuskan Nabi Muhammad saw. berarti akan terhapuslah segala keresahan dan kesusahan mereka selama ini yang disebabkan oleh kegiatan Rasulullah S.A.W menyebarkan agama Islam di kalangan mereka.
Dalam pada itu, terdapat juga para hadirin di situ telah mengira-ngira perbelanjaan untuk mengadakan pesta sekiranya Nabi Muhammad S.A.W berjaya dihapuskan. Pada pandangan mereka adalah mudah untuk membunuh Nabi Muhammad S.A.W yang dikasihi oleh Tuhan Yang Maha Esa serta sekalian penghuni langit. Padahal Allah tidak akan sekali-kali membiarkan kekasih-Nya diancam dan diperlakukan seperti binatang.
Dengan perasaan bangga, keesokan harinya di sebelah pagi, Abu Jahal pun terus pergi ke Ka'bah yaitu tempat biasa Nabi Muhammad S.A.W bersembahyang. Dengan langkahnya seperti seorang ksatria, dia berjalan dengan membawa seketul batu besar di tangan sambil diiringi oleh beberapa orang Quraisy yang rapat dengannya. Tujuan dia mengajak kawan-kawannya ialah untuk menyaksikan bagaimana nanti dia akan menghempaskan batu itu di atas kepala Nabi Muhammad S.A.W.

Sepanjang perjalanan itu dia membayangkan bagaimana keadaan Nabi Muhammad nanti setelah kepalanya dihentak oleh batu itu. Dia tersenyum sendirian apabila membayangkan kepala Nabi Muhammad S.A.W pecah dan tidak bergerak lagi. Dan juga membayangkan bagaimana kaum Quraisy akan menyambutnya sebagai pahlawan yang telah berjaya membunuh musuh nomer satu mereka.

Singkat cerita Abu Jahal tiba di perkarangan Masjidil Haram, dilihatnya Rasulullah S.A.W baru saja sampai dan hendak mengerjakan sembahyang. Dalam pada itu, Nabi Muhammad S.A.W tidak menyadari akan kehadiran Abu Jahal dan kawan-kawannya di situ. Baginda tidak pernah terfikir apa yang hendak dilakukan oleh Abu Jahal terhadap dirinya pada hari itu.
Sebaik-baik saja Abu Jahal melihat Rasulullah S.A.W telah mulai bersembahyang, dia berjalan perlahan-lahan dari arah belakang menuju ke arah Nabi Muhammad S.A.W. Abu Jahal melangkah dengan berhati-hati, setiap pergerakannya dijaga, takut disadari oleh baginda.
Dari jauh kawan-kawan Abu Jahal memperhatikan dengan perasaan cemas bercampur gembira. Dalam hati mereka berkata, “Kali ini akan musnahlah engkau hai Muhammad.”

Ketika Abu Jahal hendak menghampiri Nabi Muhammad S.A.W dan mengayun batu yang dipegangnya itu, tiba-tiba secepat kilat dia mundur ke belakang. Batu yang dipegangnya juga jatuh ke tanah. Mukanya yang tadi merah kini menjadi pucat pasi seolah-olah tiada berdaya lagi. Rekan-rakannya yang amat senang untuk melihat Nabi Muhammad S.A.W terbunuh, tercengang dan saling berpandangan.
Kaki Abu Jahal seolah-olah terpaku ke bumi. Dia tidak dapat melangkahkan kaki walaupun setapak. Melihat keadaan itu, rekan-rekannya segera menarik Abu Jahal dari situ sebelum disadari oleh baginda. Abu Jahal masih terperanga dengan kejadian yang dialaminya.
Dia sadar dari kejutan peristiwa tadi, rekan-rekannya tidak sabar untuk mengetahui apakah sebenarnya yang telah berlaku. Kawannya bertanya, “Apakah sebenarnya yang terjadi kepada engkau, Abu Jahal? Mengapa engkau tidak menghempaskan batu itu ke kepala Muhammad ketika dia sedang sujud tadi?”
Akan tetapi Abu Jahal tetap membisu, rekan-rekannya semakin keheranan. Abu Jahal yang mereka kenali selama ini seorang yang lantang berpidato dan bersumpah membunuh Nabi S.A.W, tiba-tiba saja diam membisu.

Pada saat itu, Abu Jahal masih terbayang-bayang akan kejadian yang baru menimpanya tadi. Dia seolah-olah tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, malah dia sendiri tidak menyangka perkara yang sama akan berulang menimpa dirinya. Perkara yang sama pernah menimpa Abu Jahal sewaktu Rasulullah S.A.W pergi ke rumah Abu Jahal apabila seorang Nasrani mengadu kepada baginda bahwa Abu Jahal telah merampas hartanya. Pada masa itu Abu Jahal tidak berani berkata apa-apa pada baginda apabila dia terpandang dua ekor harimau menjadi pengawal peribadi Rasulullah S.A.W.
Kemudian setelah habis mereka menghujani Abu Jahal dengan berbagai pertanyaan, maka Abu Jahal pun mulai bersuara, “Wahai sahabatku! Untuk pengetahuan kamu semua, tadi aku menghampiri Muhammad hendak menghempaskan batu itu ke kepalanya, tiba-tiba muncul seekor unta yang besar hendak menendang aku. Aku amat terkejut kerana belum pernah melihat unta yang sebegitu besar seumur hidupku. Sekiranya aku teruskan niatku, niscaya akan matilah aku ditendang oleh unta itu, sebab itulah aku mundur dan membatalkan niatku.”
Rekan-rekan Abu Jahal berasa amat kecewa mendengar penjelasan itu, mereka tidak menyangka orang yang selama ini gagah dan bersenang-senang hendak membunuh Nabi Muhammad S.A.W hanya tinggal kata-kata saja. Orang yang selama ini diharapkan bisa menghapuskan Nabi Muhammad S.A.W dan pengaruhnya hanya berupaya bercakap seperti tong kosong saja.

Setelah mendengar penjelasan dari Abu Jahal yang tidak memuaskan hati itu, maka mereka pun berkata kepada Abu Jahal dengan perasaan keheranan, “Ya Abu Jahal, semasa kau menghampiri Muhammad tadi, kami memperhatikan engkau dari jauh tetapi kami tidak melihat unta yang engkau katakan itu. Malah bayangannya pun kami tidak nampak.”
Rekan-rekan Abu Jahal mulai sangsi dengan segala keterangan yang diberikan oleh Abu Jahal. Mereka menyangka Abu Jahal sentiasa mereka-reka cerita itu, mereka mulai hilang kepercayaan terhadapnya. Akhirnya segala kata-kata Abu Jahal tidak mereka percayai lagi.
Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Followers

Networked Blogs

Allah